Yeeahh, Bismillahirrohmaanirrohiim....
yyakk, setelah sekian lama diri ini kelu, raga ini membeku, jiwa pun baku..
kini kembali harus berkelana dengan jalan sejarah level manusia, terlalu lama mungkin hati tak tersentuh nirwana cinta, mungkin terlalu telat jiwa meyakini kekalahan diri yang bahkan tak mampu ku pungkiri.
Semenjak Ramadhan itu, ya tepat semenjak Ramadhan itu seorang hamba ini serasa dahaga karunia, mungkin karena ia melewati fase mati suri, meski banyak fase-fase koordinasi namun tak mengubah kedahagaannya selama ini.
Mengapa ??
Ya, mungkin karena memang telah lama tak ngaji semenjak pertengahan Ramadhan itu.
Kembali ke tanah kampung halaman sedikit banyak menguras kepekaan terhadap dirinya sendiri, meski tarbuyah dzatiyah masih menjadi sarang hatinya, mungkin siramannya kurang merasuk dan khusyu'.
Astaghfirullahal'adziim..
Dan. Gubraaaak !!
"Yak, Materi kita kali ini adalah Bagaimana kita berkontribusi untuk Islam ??" kata Mbak Alin memulai lingkaran majlis ilmu kami hari Jumat itu.
Spontan, terhenyak, terhentak !!
Woow, seselancar otak berputar bertanya pada hati yang selama ini meniti hari-hari seorang Suci.
Hey, Apa yang sudah kau lakukan untuk Islam Suci ??
Ya, begitulah merinding memerindingi sekujur tubuh, memaksa kaki terlipat rapi menempel pada tempat yang sejak awal dijanjikan legi. Bagaimana tidak, Allah sangat luar biasa baiknya menanggapi sebagaimanapun betuk kontribusi umat manusia pada agamaNya. Lihat pada QS. Al-Lail : 5-7 “maka barangsiapa yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga), maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan)”
Nah lo, Subhanallah banget ga sih Allah itu baiknya ??
Gimana engga, Dia melihat usaha hambaNya sesuai proses yang dilaluinya bukan hasil yang diterima. Bahkan balasanNya pun hadir secara pribadi, personal !!
Saat setitik saja usaha yang dikeluarkan maka Dia membalas dengan berbagai kemudahan-kemudahan yang memang dibutuhkan hambaNya, sekali lagi secara personal. Kemudahan itu Dia salurkan melalui tangan-tangan malaikatnya bahkan pada masalah pribadi dan bukan permasalahan agama saja.
Masih ga percaya juga ??
Coba tilik lagi QS.Muhammad : 7, salah satu ayat favorit kami ketika masih kecil, saat kami masih awam tentang apa itu dakwah dan apa itu kontribusi. Kemudian kami hanya sangat mempercayai janji Allah itu sebagai motor motivasi kami dalam ‘belajar’ bergerak. Barangsiapa menolong agama Allah, maka Dia akan mudahkan urusannya dan meneguhkan kedudukannya.
Yappz, entah sampai kapan akan tetap merinding dan terbujur kaku mengingat segala obsesif jiwa. Ingatkah bagaimana kontribusi para sahabat ???
Dengan segala keterbatasan mereka ikhlas tanpa cela berkontribusi untuk Islam, demi ??? demi agar kita yang merasakan Islam saat ini tinggal merasakan kebebasan dan kemudahan. Bahkan waktu 24 jam bagi mereka terasa sangat, sangat, sangat kurang ??
Sedangkan dengan kita ?? mungkin juga kita merasa bahwa waktu itu kurang, namun sudahkah kualitas kita menyamai para sahabat tersebut ? saya kira masih sangat jauh kawan, kita masih banyak menghabiskan waktu untuk memenuhi kebutuhan pribadi, padahal Allah telah memberikan kita banyak pertolongan namun kita msih saj asibuk dengan diri sendiri. Astaghfirullahal’adziim..
Di saat era semudah ini, justru kita sibuk memperkaya diri, mempercantik diri, memandaikan diri agar terlihat rapi sebagai pribadi bukan atas nama Islami !!
Sudahkah karya kita mewakili Islam ? sudahkah tutur kita didengar sebagai perwalian Islam ? sudahkah pergerakan kita dikenal sebagai tampilan Islam ??
Kita punya hati tapi enggan berkontribusi, kita punya harta tapi malu menyumbang, kita punya jiwa tapi malas berkasihan..
Sungguh menjadi tamparan, masih ingatkah Abu Bakar ikhlas menyumbangkan Seluruh hartanya untuk Islam kecuali anak dan istrinya, Mus’ab bin Umair yang rela menggadaikan pikiran dan jiwanya demi mempersiapkan Madinah, begitu pula Muhammad Al Fatih beserta sahabat dan tabi’in yang lainnya..
Lalu bagaimana dengan kita ? terutama saya !!
Para sahabat memang layaknya telah syumul dalam berkontribusi, baik dari segi fikriyah, materi dan jiwa.
Maka sudah sepatutnya kita belajar seperti mereka, dengan cara apa ? mungkin cara mereka terlalu berat untuk kita. Setidaknya minimal dengan cara membayangkan, ya cukup dengan membayangkan bahwa kita akan mampu berkontribusi sebegitu luar biasanya. Hanya emmbayangkan, sampai kita yakin sampai kita kuat ketika benar-benar waktunya kita mampu melakukan seperti apa yang mereka lakukan.
Semangat belajar memperbaiki diri, menjaga, meluruskan, mengelukan dan memekakan terhadap diri sendiri. Semangat ^^