Label

Sabtu, 22 September 2012

Tamparan Mendung Jumat, itu ???


Yeeahh, Bismillahirrohmaanirrohiim....

yyakk, setelah sekian lama diri ini kelu, raga ini membeku, jiwa pun baku..
kini kembali harus berkelana dengan jalan sejarah level manusia, terlalu lama mungkin hati tak tersentuh nirwana cinta, mungkin terlalu telat jiwa meyakini kekalahan diri yang bahkan tak mampu ku pungkiri.
Semenjak Ramadhan itu, ya tepat semenjak Ramadhan itu seorang hamba ini serasa dahaga karunia, mungkin karena ia melewati fase mati suri, meski banyak fase-fase koordinasi namun tak mengubah kedahagaannya selama ini.

Mengapa ??
Ya, mungkin karena memang telah lama tak ngaji semenjak pertengahan Ramadhan itu.
Kembali ke tanah kampung halaman sedikit banyak menguras kepekaan terhadap dirinya sendiri, meski tarbuyah dzatiyah masih menjadi sarang hatinya, mungkin siramannya kurang merasuk dan khusyu'.
Astaghfirullahal'adziim..

Dan. Gubraaaak !!
"Yak, Materi kita kali ini adalah Bagaimana kita berkontribusi untuk Islam ??" kata Mbak Alin memulai lingkaran majlis ilmu kami hari Jumat itu.
Spontan, terhenyak, terhentak !!
Woow, seselancar otak berputar bertanya pada hati yang selama ini meniti hari-hari seorang Suci.
Hey, Apa yang sudah kau lakukan untuk Islam Suci ??

Ya, begitulah merinding memerindingi sekujur tubuh, memaksa kaki terlipat rapi menempel pada tempat yang sejak awal dijanjikan legi. Bagaimana tidak, Allah sangat luar biasa baiknya menanggapi sebagaimanapun betuk kontribusi umat manusia pada agamaNya. Lihat pada QS. Al-Lail : 5-7 “maka barangsiapa yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa dan membenarkan (adanya pahala) yang terbaik (surga), maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan (kebahagiaan)”
Nah lo, Subhanallah banget ga sih Allah itu baiknya ??
Gimana engga, Dia melihat usaha hambaNya sesuai proses yang dilaluinya bukan hasil yang diterima. Bahkan balasanNya pun hadir secara pribadi, personal !!
Saat setitik saja usaha yang dikeluarkan maka Dia membalas dengan berbagai kemudahan-kemudahan yang memang dibutuhkan hambaNya, sekali lagi secara personal. Kemudahan itu Dia salurkan melalui tangan-tangan malaikatnya bahkan pada masalah pribadi dan bukan permasalahan agama saja.
Masih ga percaya juga ??
Coba tilik lagi QS.Muhammad : 7, salah satu ayat favorit kami ketika masih kecil, saat kami masih awam tentang apa itu dakwah dan apa itu kontribusi. Kemudian kami hanya sangat mempercayai janji Allah itu sebagai motor motivasi kami dalam ‘belajar’ bergerak. Barangsiapa menolong agama Allah, maka Dia akan mudahkan urusannya dan meneguhkan kedudukannya.
Yappz, entah sampai kapan akan tetap merinding dan terbujur kaku mengingat segala obsesif jiwa. Ingatkah bagaimana kontribusi para sahabat ???
Dengan segala keterbatasan mereka ikhlas tanpa cela berkontribusi untuk Islam, demi ??? demi agar kita yang merasakan Islam saat ini tinggal merasakan kebebasan dan kemudahan. Bahkan waktu 24 jam bagi mereka terasa sangat, sangat, sangat kurang ??
Sedangkan dengan kita ?? mungkin juga kita merasa bahwa waktu itu kurang, namun sudahkah kualitas kita menyamai para sahabat tersebut ? saya kira masih sangat jauh kawan, kita masih banyak menghabiskan waktu untuk memenuhi kebutuhan pribadi, padahal Allah telah memberikan kita banyak pertolongan namun kita msih saj asibuk dengan diri sendiri. Astaghfirullahal’adziim..
Di saat era semudah ini, justru kita sibuk memperkaya diri, mempercantik diri, memandaikan diri agar terlihat rapi sebagai pribadi bukan atas nama Islami !!
Sudahkah karya kita mewakili Islam ? sudahkah tutur kita didengar sebagai perwalian Islam ? sudahkah pergerakan kita dikenal sebagai tampilan Islam ??
Kita punya hati tapi enggan berkontribusi, kita punya harta tapi malu menyumbang, kita punya jiwa tapi malas berkasihan..
Sungguh menjadi tamparan, masih ingatkah Abu Bakar ikhlas menyumbangkan Seluruh hartanya untuk Islam kecuali anak dan istrinya, Mus’ab bin Umair yang rela menggadaikan pikiran dan jiwanya demi mempersiapkan Madinah, begitu pula Muhammad Al Fatih beserta sahabat dan tabi’in yang lainnya..
Lalu bagaimana dengan kita ? terutama saya !!
Para sahabat memang layaknya telah syumul dalam berkontribusi, baik dari segi fikriyah, materi dan jiwa.
Maka sudah sepatutnya kita belajar seperti mereka, dengan cara apa ? mungkin cara mereka terlalu berat untuk kita. Setidaknya minimal dengan cara membayangkan, ya cukup dengan membayangkan bahwa kita akan mampu berkontribusi sebegitu luar biasanya. Hanya emmbayangkan, sampai kita yakin sampai kita kuat ketika benar-benar waktunya kita mampu melakukan seperti apa yang mereka lakukan.
Semangat belajar memperbaiki diri, menjaga, meluruskan, mengelukan dan memekakan terhadap diri sendiri. Semangat ^^




Minggu, 12 Agustus 2012

Mau Nulis Apa ?

Bismillahirrohmaanirrohiim..
Sekedar mencoba kembali mengajak jari-jari menari, mengukir dan merangkum segala emosi yang terjadi akhir-akhir ini.
Yaahh.. daripada dicibir sendiri, lebih baik untuk introspeksi diri ^^
Allah memang sutradara kehidupan yang memiliki predikat tertinggi, kebijaksanaanNya menutupi reruntuhan ragu manusia yang dituliskan ceritanya.
bukan lagi untuk menolak tapi mengejar nafas dan menelan sisa udara untuk mendinginkan diri, berdamai dengan hati tegas mengakui bahwa Dia saja yang patut dikagumi.
Awal Ramadhan tahun ini terasa lengang, aktivitas serasa biasa saja karena libur juga mengena cukup panjang, bingung mencari kesibukan apa ?? mencari inspirasi menulis apa ?? mencari tempat untuk dikunjungi ke mana ??
Alhamdulillah, panggilan berteman kembali dengan anak-anak di sebuah masjid kecil komplek elite kota Depok sedikit menyulam rindu dan semangat baru.
teringat pada tahun-tahun lalu, mungkin dalam keadaan hampir sama. Berbagi, karena tak ada yang ku punya maka ku hanya bisa berbagi Cinta..
tapi kali ini dengan orang yang berbeda, baik rekan maupun mereka. namun tak mengapa, karena komponennya masih akan tetap sama.

Dakwah dengan cinta..

serasa indah, penuh dengan kemesraan dan kisah hikmah.
melihat senyumnya adalah bahagia, mendengar teriakannya adalah kesabaran dan ikut merasakan rengekannya ingin menang dalam lomba menggambar adalah geli kemakluman.
semuanya menyumbangkan rentetan kisah yang indah dipelihara dalam doa.

dan untuk kedua kalinya,
di pertengahan Ramadhan menjelang pulang ke kampung halaman..
satu lagi cinta ang sejak lama dirajut dengan sabar, teguh dan pantang runtuh.
satu agenda yang benar-benar dipersiapkan untuk satu momen kebersamaan di satu tempat melegenda, Asrama Mahasiswa UI Depok..
semua umpatan berubah menjadi cinta, kasih dan aroma kekeluargaan melegenda dan berbunga.
meskipun satu kejadian sebelumnya cukup membuatku terguncang, tapi ya sudahlah.. biar aku yang merasakan dan menanggung dosa. yang jelas cinta keluarga ini tersampai tanpa nista..

memang, setiap momen Ramadhan tak akan pernah berlalu dengan sia-sia seperti juga skenario Allah yang Dia ciptakan dengan sepenuh cinta pula, hingga kini ronanya menyatu dalam urat jiwa, mengikat di setiap doa.

jadi, ini inspirasinya Mau Nulis Apa?

Sabtu, 21 Juli 2012

Muhasabah Ramadhan *Merindukan Militan*


Teduh, melihat parasnya yang senantiasa tergambar beriak air wudlu.. berseri, lembut senyumnya sekian menyapa semua orang yang terlalui, walau kini ku kenal mereka penuh rasa perih, pedih, ringkih jika tidak iman yang menguatkannya. Hanya kata-kata nama Allah yang keluar dari bibirnya, hanya setiap tengah gelap waktunya menyandar sekedar bercerita tentang perihnya, hanya kepada hati ia berani menyadur diri sendiri. Bukan kepada manusia lain ia berpesan kesahnya, tapi kepada yang lain ia sumbang senyum bahagia saudaranya. Meski tak dimengerti, mungkin tubuhnya kini sedang dikejar mati. Hanya itu yang membuat ia bergerak dan tetap tegak. Dan orang lain hanya melihat..

Hanya yang membuatku benar-benar malu, malu karena melihatnya saja aku tengkurap rindu... rindu.. rindu akan kemilitan yang kini kian pudar, entah pudar ditelan zaman atau pudar ditelan keangkuhan dan keegoisan ?

Namun mereka, hadir. Hadir memperkenalkan diri sebagai pejuang, mengusung asas kemilitansian.. dengan bukti, lihatlah mereka selalu datang di saat semuanya masih tengkulap kekenyangan, bisa jadi mereka datang justru karena lapar, lapar meneguk pahala yang ranum, bagi mereka. Bukan karena alasan prestige ia hadir, bukan pula riuh tepuk tangan mengusung angkuh, apalagi pamrih yang membuatnya merasa lebih. Mereka tak datang karena dipanggil, mereka datang karena terpanggil.

Masihkah ia menunggu ?? Jika ia sendiri tahu siapa yang perlu dibantu. Sadar, tak peduli dirinya butuh bantuan tapi yang ditanya siapa saudaranya butuh bantuan ? tak pernah ditanya tentang hidupnya, lewat.. tapi yang selalu ditanya bagaimana perkembangan saudaranya. Subhanallah.. bukan karena ingin terkesan ia belajar pandai. Bahkan bukan karena tuntutan ia memindai, sendiri. Ke dalam diri. Ia leading diri sendiri, kemudian mencerah di sekitar garis merah.

Tegas, tak memihak budi pribadi namun objektif melihat nurani. Mereka tak sibuk mengurus diri sendiri, umat yang mereka cintai namun tak melupakan kewajiban tunjuk Illahi. Mereka mengkaji dan kemudian berbagi, bukan menafsiri semua dan berprasangka sendiri. Mereka belajar  kemudian memahami, bukan mengejar kemudian mengamini. Mereka beramal untuk mengabdi, bukan menjegal kemudian memenangkan diri. Mereka lupa kata lelah apalagi mengalah. Sampai pendar matahari ia bilang anugerah, guntur gemuruh ia bilang berkah. Semua indah di mata pejuang.

Mutlak ia menang. Tak ada luput dari pandangan, tak ada lepas dari ingatan, tak ada lewat dari perhatian. Kewajiban seakan jadi mainan, karena bahagia mengusung setiap langkah kakinya, bukan keluh banyak amanah di pundaknya. Terlena akan doa adalah dosa, tangannya menjaring tepat makna.. kepada keluarga, tetangga, buku dan saku tak ada beda, perhatiannya sama besarnya. Karena cinta yang ada dalam hatinya, menjaring makna di setiap derap kakinya. Apapun alasannya, semua berlandas cinta pada Rabbnya.

Militansi akan segera kembali, jika ego segera berdamai dengan hati, bersinergi dengan kaki. Jadilah ia pejuang sejati, menjual jiwa raga dengan ikhlas. Menjadi manusia langit yang takkan lepas kendali. Berjamaah mencari ikatan hati dan bergerak dengan riang hati. Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka (At-Taubah : 11)

Dan sekarang bukan lagi merenungi usia yang telah semakin tua, meski telah kalah dengan Muhammad Al-Fatih yang mampu bertandang memberi bukti kesungguhan amalnya. Mari kita teladani beliau, pantaskan diri menjadi seorang yang memang pantas dikenang sejarah bukan sebatas tertulis tinta namun melekat dalam lubuk hati, sampai nanti sampai mati. Karena bukan ditanya telah jadi apa kau kemarin, tapi telah kau lakukan apa, nanti.. nanti dalam perhitungan keadilan Tuhan. Tapi sekarang, mari muhasabah dan bangun diri kembali. Ia telah lelah mengalah dan saatnya tiba masa berbuah.

Momen Ramadhan ini kawan, yuk manfaatkan dengan seksama bijaksana. Tak Cuma meningkatkan kualitas diri dan mari aktualisasikan diri, tak hanya pada diri pribadi dan tiliklah mereka yang menanti. Mari aktif memberi dan tak hanya pasif diberi. Happy Ramadhan J

Suciati Zen Nur Hidayati
Asrama UI Depok, 21 Juli 2012 23:40


Selasa, 05 Juni 2012

Menggadaikan Cita-cita






Bangun dari mimpi saja susah
Apalagi jika dipaksa menatap matahari dengan seksama
Warna jingga jadi biru tua
Masih pagi sudah bikin pusing kepala

Berkata apa mereka, silakan !
Bilang otakku berantakan
Atau menjalang di persimpangan
Yang jelas khusyu’ doa masih tertanam

Walau mulut mencabik muka
Sok berkuasa menyimak kecewa tak ada artinya
Biarlah..
Mimpi bangun sesuai aliran muaranya
Bahkan hatimu sombong bilang kalau tak mengumpat cerita
Allah tahu siapa yang punya nama
Mengikrar menjual tangan dan kakinya
Hingga tak sempat gadaikan cita-cita

Kediri, 5 Juni 2012  23 : 24

Jumat, 18 Mei 2012

Mari Bersekutu dan Berfastabiqul Khairat


Penelusuran mencari berita pagi hari ini terpaksa ku hentikan saat kutemukan satu artikel yang berjudul “Potong Rambut Gratis Kaum Gay Diserbu Pengunjung”.
Wow !
fantastic sekali !
saya spontan berpikir, tanpa ditodong bagaimanakah nanti jadinya karakter bangsa yang beradab ini ?
Kelompok  yang menamai dirinya Igama (Ikatan Gaya Nusantara) ini melakukan aksi besar-besaran dengan potong rambut gratis di Malang, potong rambut di sini dimaksudkan dengan gaya yang sedang trend sekarang karena sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai tata rias. Selain itu mereka juga memberikan jajanan kepada para pengunjungnya untuk mencari dukungan dari masyarakat atas keberadaan mereka. Kelompok ini mengklaim jumlah anggotanya di Indonesia sebanyak 3000 orang. Dan saya pikir ini adalah strategi mereka untuk memperluas dukungan dan penerimaan masyarakat terhadap dirinya. Masyarakat dibuat terbiasa dengan hal-hal yang awalnya dianggap tabu dan melanggar norma.
Masyarakat dibuat begitu senang dengan sedikit sogokan materi yang tak seberapa, namun tahukah imbasnya ? kaum gay ini akan merajalela menggaung-gaungkan tuntutan akan kebebasannya. Berdalih untuk memperingati International Day Against Homophobia and Transphobia (IDAHOT) tepat 17 Mei kemarin, homophobia dan transphobia merupakan bentuk kebencian terhadap gay, transgender.
Namun, bukan perkara ini yang saya fokuskan ! Kejadian ini sudah seharusnya menjadi sebuah refleksi bagi kita, bukan lagi mempersalahkan dan memperdebatkan sikap yang diambil ikatan gay itu, sedangkan kita manusia yang ‘normal’ tetap tidak melakukan apa-apa. Sama saja ! lebih baik diam dan sok-sok tidak tahu.
Karena itu kebebasan mereka untuk melakukan aksi tersebut. Marilah kita tilik dan renungi kembali. Jika kaum gay yang dipandang sangsi oleh masyarakat saja bisa bersekutu menjadi satu dapat melakukan sesuatu hal yang ‘dianggap’ baik dan bermanfaat oleh masyarakat, sedikit mempengaruhi paradigma masyarakat tentang mereka dan bahkan benyak memberikan simpati kepada mereka. Sudah sepantasnya kita sebagai manusia ‘normal’ yang memiliki kewajiban menjaga dan membudayakan peradaban bangsa Indonesia ini juga bersatu dalam barisan yang rapi, menyelamatkan identitas bangsa ini, Indonesia yang bermartabat. Bersegera dalam berbuat kebaikan, berfastabiqul khairat dan ber amar ma’ruf nahi munkar mulai dari lingkungan kita sendiri.
Seperti apapun kejahilan yang bersekutu akan dapat mengalahkan kebaikan semulia gunung emas yang berkilau di ujung pandang lautan yang hanya dikerjakan satu raga. Begitu juga sebaliknya, kebaikan yang bersekutu juga akan menang jika jiwa dan raga yang berdiri serta berlari bersekutu menjadi satu menyuarakan satu maksud yang membahana membawa semangat perbaikan. Semangat bergerak !

Sabtu, 12 Mei 2012

Semangat Kami Bertemu Dalam Bingkai Ukhuwah




Awalnya kami tak sengaja dipertemukan dalam sebuah forum yang bagi saya, Asing ! Tak ku kenal siapa-siapa namanya bahkan bahasa apa yang setiap hari disuarakannya untuk berbicara. Memandang wajahnya pun aku tak mampu, hhhmm.. bukan tak mampu tepatnya, namun aku sendiri merasa belum siap berhadapan dengan orang-orang yang terlihat luar biasa ini. Kami terdiri dari sosok yang dari segi manapun berbeda, latar belakang, asal daerah, bahasa, budaya, cara bicara, isi kepala bahkan isi kantong kita pun berbeda. Ada satu hal yang kemudian mempertemukan dan menamai kami dengan kata Mer.C (Mentoring Center) Sahabat Asrama, berat rasanya menyandang amanah itu, ngeri rasanya mengeja, namun kami justru senantiasa berusaha mempersatukan hati demi perbedaan yang sekian banyak manjadi suatu ikatan yang membawa langkah kami memenuhi amanah, ibadah dan dakwah yang dipinang hanya dengan sebuah makna ukhuwah.
Bukan berawal dari sebuah pertemuan di tepi danau yang tempias cahayanya terkilas dari jendela-jendela lusuh pojok asrama UI ini. Bukan sama sekali ! Pertemuan pada Jumat, 11 Mei 2012 itu bukan awalan. Tapi itu merupakan hasil rajutan cita-cita yang berdamai membentuk satu cinta perjuangan tangan-tangan yang tak mau tinggal diam saat peradaban jauh tertinggal ditelan zaman dan lenyap dari sebuah kata militan. Pertemuan menjelang senja kala itu kembali menumbuhkan bibit rona semangat yang belakangan tak tersentuh oleh lembutnya sapaan. Sapaan yang kemudian memberikan kabar bahwa sosok-sosok kami adalah bayangan nyata yang berjalan di atas bumi dengan segala kesibukan dan harapan akan berlangsungnya kemajuan peradaban agama yang mulia ini. Satu, sibuk dengan segala macam advokasi kampus yang harus beradu dengan amanah akhirat. Dua, sibuk dengan segala kegiatan akademisi yang juga harus bergelut dalam kategori da’i. Tiga, empat, lima dan seterusnya yang mungkin akan bergulat di sana dan tetap membangun satu rangkaian cita-cita kita.
Ditemani kilauan beriak danau yang dihiasi mozaik mentari yang hendak bertandang ke peraduannya kami semakin yakin akan kekuatan makna ukhuwah yang akan menguatkan tekad dan tujuan berasaskan tuntunan Illahi yang akan senantiasa kami jaga dan kami perjuangkan.
Semoga kita menjadi manusia-manusia langit J
Orang-orang yang terhubung ke langit, adalah orang-orang yang menanggung beban untuk membawa manusia ke jalan cahaya. Mereka menjadi manusia-manusia dengan ketahanan menakjubkan menghadapi menghadapi kebengalan sesama titah. Mereka menjadi orang-orang yang paling teguh hati, paling lapang dada, paling sabar, paling lembut, paling santun, paling ramah, dan paling ringan tangan. Keterhubungan dengan langit itu yang mempertahankan mereka di ats garis edar kebajikan, sebagai bukti bahwa merekalah wakil sah dari kebenaran (Dalam Dekapan Ukhuwah : 71)
InsyaAllah kita tidak akan salah pilih sahabat, menggadaikan jiwa-jiwa kita demi menumbuhkan kecintaan kita kepada Allah. Bahkan menyibukkan diri dan ikut dalam organisasi di asrama sebagai tempat tinggal kita adalah sebuah pilihan yang sangat ideal, ia akan banyak memberikan manfaat dalam proses sosialisasi kita disamping kesibukan kegiatan fakultas yang selalu kita bawa kemana-mana. Idealnya ikutilah satu organisasi di asrama dan satu di fakultas untuk menyeimbangkan kita sendiri, karena sekali lagi ia akan banyak sekali memberikan manfaat kedepannya. Jika lebih dari itu dikhawatirkan akan mengganggu kegiatan akademis kita sendiri, begitulah salah satu pesan bang Sani, mentor UISDP saya yang dulunya juga seorang aktivis Sahabat Asrama.
#Berkelas (Bekerja Ikhlas)

Jumat, 04 Mei 2012

Aku Ingin Menulis


Aku ingin melukis..
Aku ingin menangis..
Mengabarkan pada mereka yang bengis
Dan tak pernah simpulkan senyum yang manis
Lalu aku menulis..

Kisahku tak banyak yang tahu
Mungkin, hanya akar dahan yang sejak dulu membantu
Bahkan, daun yang gugur pun tertitah dan berlalu
Padahal aku berdiri tepat ia menggerutu
Praktis, aku lantas menulis..

Tak pantas bersembunyi
Jika malam saja menari dan mewangi
Tak lantas berarti hanya berdiam diri
Jika Dia saja menyambut dengan berlari
Maka di ujung tapis aku menulis..

Aku ingin menulis..
Sejenak apapun mimpi mengungkit
Aku ingin menangis..
Selemah apapun dari berdiri untuk bangkit
Aku ingin melukis..
Sejauh apapun tali sulit berkait
Membingkai kisah yang tak akan bisa berkelit
Jika telah rampung dalam bait,
Maka, tahukah engkau
Mengapa kini aku ingin menulis ?


Suciati Zen Nur Hidayati, Fakultas Psikologi
Peserta UI- Student Development Program

                                                14-03-2012 20:50
Asrama mahasiswa UI